Sesuai judul post, yang aku mau bahas adalah kisah nyata aku berbelanja di Alfamart kemarin. Jadi, aku adalah salah seorang member Alfamart. Aku kerap kali berbelanja di sana untuk keperluan sehari-hari.
Sebelumnya, aku ingin menerangkan bahwa aku tidak bermaksud menjatuhkan nama besar mereka. Hanya saja, aku ingin mengutarakan kekecewaanku atas apa yang terjadi. Sebagai konsumen, tentunya aku punya hak dan hak perlindungan konsumen itu berlaku, bukan?
Jadi kemarin, berangkatlah aku ke Alfamart di siang hari. Terik matahari menyengat kulit karena aku hanya bermodalkan kedua kaki untuk berangkat ke sana. Ya, jalan kaki di bawah terik matahari.
Kendaraannya mana, mbak? Tidak punya, mas.. ☺️
Aku memang agak sakit sejak beberapa hari belakangan. Ketika berdiri, rasanya usus mau lepas (sampai sekarang masih). Jadi untuk makan agak ogah-ogahan. Begitulah.. Dan karena tanganku sakit (entah kapan bisa rontgen), aku yang biasanya membawa ponsel, hari itu aku memutuskan untuk tidak membawanya. Bukan kenapa, takut tidak bisa memegang dengan benar dan malah kena copet.
Alhasil, daftar belanjaan aku tulis ke secarik kertas kecil. Isinya adalah beberapa obat, roti tawar, dll — alternatif untuk makan selain nasi. Sayangnya, tidak semua item di daftar itu tersedia di sana dan bahkan ada yang sudah mendekati masa kadaluarsa. Karena aku mengkonsumsi dalam jangka panjang, aku tidak membelinya. Kalau tanggal kadaluarsa masih seminggu, biasanya aku tetap beli.
Sampai pada saat pembayaran, aku bertemu kasir cowok ini. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Kemungkinan anak baru atau pindahan, aku tidak tahu. Tapi dia begitu hafal sampai pada soal numpang tebus murah, yang akhirnya jadi masalah.
Sebelum tulisan ini dibuat, aku sama sekali tidak tahu-menahu soal permainan kasir saat kalkulasi barang belanjaan konsumen. Biasa memang ada yang suka nitip tebus murah, tetapi mereka tidak curang. Sialnya, kemarin aku terkena kecurangan kasir cowok itu.
Waktu itu aku tidak konsentrasi karena kepalaku rasanya mengambang seperti mau vertigo. Ingin sekali rasanya cepat sampai dan istirahat di rumah. Pada saat kasirnya menanyakan soal tebus murah, aku jawab tidak. Lalu, dia berkata kalau dia nitip tebus murah. Aku mengangguk. Pada saat itu, aku tidak membawa ponsel, jadi nihil juga bagiku untuk berhitung di sana. Modal kepercayaan ternyata malah dicurangi.
Aku sempat menuliskan komentar di Fan Page Alfamart di Facebook karena aku melihat seseorang juga mengadukan komplain tentang soal tebus murah. Setelah komplainku diposting, aku mengambil screenshot atas postingan komentarku sebagai bekal (siapa tahu dihapus layaknya dulu di online shop besar tapi nakal yang pernah menjadi tempatku berbelanja). Dan saat itu, anak-anak meng-up sampai aku diblokir dan barangku akhirnya dikirim tapi dengan kondisi tidak sepantasnya.
Pengalaman memang hal yang berharga. Semalam, kupikir mungkin Alfamart sudah membalas komentarku. Tetapi ketika aku cek log aktifitas, tidak menunjukkan tanda-tanda kalau aku pernah berkomentar di sana. Sekali lagi, sebelumnya, aku juga sudah menyimpan postingan itu di bagian tersimpan. Dengan mudahnya kutemukan post tersebut dan ternyata benar saja, komentar komplainku dihapus oleh admin page Alfamart (bahkan sudah show all comments) 😊
Lalu, aku post lagi, aku bilang saja sejujurnya kalau aku punya screenshot atas komentarku yang dihapus tanpa digubris dan kemudian aku ambil screenshot lagi. Aku pergi ke Instagram officialnya dan menemukan komentar orang-orang tentang penghapusan komentar.
Sebelumnya, paginya juga aku sempat DM ke official akun Alfamart untuk bertanya di mana aku harus mengajukan komplain. Tapi tidak pernah dibaca ataupun dibalas. Selidik demi selidik, aku menemukan banyak kisah serupa di Quora. Oleh sebab itu, aku menamai postingan ini sebagai kisah klasik. Kisah klasik yang sebelumnya aku tidak tahu.
Kenakalan Petugas Indomaret / Alfamart
Mungkin harus kuberi applause atas apa yang telah mereka lakukan. Memang, 10k tidak seberapa bagi sebagian besar orang, tapi jangan lupa bahwa sebagian yang lain juga tidak mudah mendapatkan 10k dalam sehari.
Jikalau hanya demi 10k, integritas dan komitmen untuk berpegang teguh dalam janji bertata usaha dan bertugas dengan benar dipertaruhkan, apakah worth it?
Kalau hanya demi 10k, melakukan dosa dan menanggungnya seumur hidup, apakah worth it?
Andai pun untuk menutupi kekuranganmu atau hanya untuk nakal memanfaatkan kesempatan demi kepentingan pribadi semata, lalu mengorbankan orang lain sampai orang lain harus ikut menanggungnya, apakah pantas?
Apa mental aji mumpung dan kecurangan tersebut bisa dikategorikan berkah atau rejeki?
Semuanya hanya bisa dijawab oleh hati nurani masing-masing. Benar salahnya juga hati nurani setiap individu bisa menjawabnya.
Kesalahan mungkin bisa ditutupi di hadapan manusia lain, tetapi mustahil menutupinya dari Sang Pencipta.
Saya hanyalah orang kecil, siapalah saya..
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
❤️ Be kind — Be polite — Follow Ethics 🤍